BAB I
TINJAUAN TEORI
I. KONSEP DASAR TEORI
- Pengertian
Stroke adalah kehilangan
fungsi otak yang di akibatkan oleh terhentinya suplai darah kebagian otak
(Brunner dan Suddart, 1996).
Sroke Non Hemorajik
adalah sindroma klenis yang awalnya timbul mendatar, progresi cepat berupa
depisit neurologis fokal / global yang berlangsung 24 jam lebih atau langsung
menimbulkan kematian yang di sebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
staumatik (Arif Masjoer, 2000).
Stroke non hemoragik
merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan thrombosis selebral
biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari
dan tidak terjadi pendarahan. Namun, terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia
dan selanjutnya dapat timbul indema sekunder (Arif Mutaqin, 2008).
Dengan demikian stroke
dapat didefinisikan adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala- gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang
terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis. Patologis ini
menyebabkan perdarahan dari sebuah robekan yang terjadi pada dinding pembuluh
atau kerusakan sirkulasi serebral oleh oklusi parsial atau seluruh lumen
pembuluh darah dengan pengaruh yang bersifat sementara atau permanen.
- Etiologi
Menurut
Smeltzer (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian
yaitu :
1.
Trombosis
cerebral
Thrombosit ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan
kongesti disekitarnya. Keadaan yang dapat menyebabkan thrombosit cerebral
:
-
Atherosklerosis/arterioskerosis
adalah mengerasnya pembuluh darah
serta berkurangnya ketentuan atau elastisitas pembuluh darah
-
Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental,
peningkatan viskositas hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah
serebral
-
Arteritis (radang pada arteri)
2. Emboli
Emboli serebral merupakan
penyumbatan pembuluh darah otak oleh darah, lemak dan udara. Pada umumnya
emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem
arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang
dari 10-30 detik.
3. Haemortologi
Perdarahan intrakranial
atau intra serebral termasuk perdarahan dalam ruang sub arachnoid/kedalam
jaringan otak sendiri. Ini terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pengerasan dan pemisahan
jaringan otak yang berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak
tertekan sehingga terjadi infark otak, oedema dan mungkin hemiasi otak.
4. Hypoksia Umum
-
Hipertensi
yang parah
-
Cardiac
pulmonary arrest
-
CO turun
akibat aritmia
5. Hypoksia setempat
-
Spasme arteri
serebral yang disertai perdarahan sub aradinoid
-
Vasokontriksi
arteri otak disertai sakit kepala migran.
- Faktor resiko pada stroke
Menurut Smeltzer C. Suzanne, 2002 faktor resiko pada stroke
antara lain :
- Hipertensi
- Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria,
gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
- Kolesterol tinggi
- Obesitas
- Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
- Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis
terakselerasi)
- Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai
hipertensi, merkok, dan kadar estrogen tinggi)
- Penyalahgunaan obat (kokain)
- Konsumsi alkohol
4. Patofisiologi
Suplai
darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan
dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan
paru dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai actor penting
trhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat
beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi
turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema
dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan
intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari
keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat
berkembang cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat
revensibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia
lebih dari 10 menit. Anoksia serebtal dapat terjadi oleh karena gangguan yang
bervariasi, salah satunya cardiac arrest.

5. Klasifikasi stroke non hemoragik
Menurut Tarwoto, dkk (2007, hlm. 69) Stroke non
hemoragik dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu:
- TIA (Trans Ischemic Attack)
Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau
beberapa jam saja dan gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24
jam.
- Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defisit)
Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara
sempurna dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.
- Stroke in Volution (progresif)
Perkembangan stroke terjadi perlahan – lahan sampai
akut, munculnya gejala makin memburuk, proses progresif berjalan dalam beberapa
jam atau beberapa hari.
- Stroke Komplit
Neurologist yang timbul bersifat menetap atau
permanent, dari sejak awal serangan
dan sedikit tidak ada perbaikan.
- Manifestasi Klinis
Menurut Suzzane C. Smelzzer, dkk, (2001, hlm.
2133-2134) menjelaskan ada enam tanda dan gejala dari stroke non hemoragik yang
mana tergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran
area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral. Adapun
gejala Stroke non hemoragik adalah:
a.
Kehilangan motorik: stroke
adalah penyakit neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter.
Gangguan kontrol volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukan kerusakan
pada neuron atas pada sisi yang belawanan dari otak. Disfungsi neuron paling
umum adalah hemiplegi (paralisis pada salah satu sisi tubuh) karena lesi pada
sisi otak yang berlawanan dan hemiparises (kelemahan salah satu sisi tubuh)
b.
Kehilangan komunikasi:
fungsi otak lain yang yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan
komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan
komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut :
1)
Disatria (kesulitan
berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh
paralisis otot yang bertanggung jawab menghasilkan bicara.
2)
Disfasia atau afasia (kehilangan
bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif.
3)
Apraksia, ketidakmampuan
untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya.
c.
Defisit lapang pandang,
sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis yaitu
kesulitan menilai jarak, tidak menyadari orang atau objek ditempat kehilangan
penglihatan
d.
Defisit sensori, terjadi
pada sisi berlawanan dari lesi yaitu kehilangan kemampuan untuk merasakan
posisi dan gerakan bagian tubuh.
e.
Kerusakan fungsi kognitif
dan efek psikologik, bila kerusakan pada lobus frontal, mempelajari kapasitas,
memori atau fungsi intelektual mungkin terganggu. Disfungsi ini dapat
ditunjukan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa dan
kurang motivasi.
f.
Disfungsi kandung kemih,
setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontenensia urinarius karena
kerusakan kontrol motorik.
7. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Rontgen kepala dan medulla spinalis
2.
Elektro encephalografi
3.
Lumbal fungsi
4.
Angiografi
5.
Computerized tomografi scaning (CT scan)
6.
Magnetik Resonance Imaging (MRI)
8. Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral,
penurunan aliran darah serebral dan luasnya area cidera (Suzzane C. Smelzzer,
dkk, 2001)
a.
Hipoksia serebral
Otak bergantung pada ketersedian oksigen yang
dikirimkan ke jaringan.
b.
Penurunan darah serebral
Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah,
curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral.
c.
Luasnya area cidera
Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark
miokard atau fibralsi atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik.
Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan
menurunkan aliran darah serebral. Distritmia dapat mengakibatkan curah jantung
tidak konsisten dan penghentian thrombus lokal.
9. Penatalaksanaan
Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi :
1)
Pengobatan konservatif
meliputi:
a.
Diuretika: Untuk menurunkan
edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark
serebral.
b.
Anti koagulan: Mencegah
memberatnya trombosis dan embolisasi dari tempat lain dalam kardiovaskuler.
c.
Anti trombosit: dapat
diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan
thrombus dan embolisasi.
2)
Pengobatan pembedahan
a.
Endosteroktomi karotis
membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di leher.
b.
Revaskularisasi terutama
merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh klien TIA
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a.
Pengkajian Primer
a.
Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya
penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
b.
Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas,
timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi
c.
Circulation
Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi
terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini,
disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
2. Pengkajian Sekunder
1)
Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
-
kesulitan dalam
beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.
-
mudah lelah, kesulitan
istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
-
tingkat kesadaran
-
perubahan tonus otot
(flaksid atau spastic), paraliysis (hemiplegia), kelemahan umum.
-
gangguan penglihatan
2)
Sirkulasi
Data Subyektif:
-
Riwayat penyakit jantung
( penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis
bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
-
Hipertensi arterial
-
Disritmia, perubahan EKG
-
Pulsasi : kemungkinan
bervariasi
-
Denyut karotis, femoral dan
arteri iliaka atau aorta abdominal
3)
Integritas ego
Data Subyektif:
-
Perasaan tidak berdaya,
hilang harapan
Data obyektif:
-
Emosi yang labil dan marah
yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
-
kesulitan berekspresi diri
4)
Eliminasi
Data Subyektif:
-
Inkontinensia, anuria
-
distensi abdomen (kandung
kemih sangat penuh), tidak adanya suara usus (ileus paralitik)
5)
Makan/ minum
Data Subyektif:
-
Nafsu makan hilang
-
Nausea / vomitus menandakan
adanya PTIK
-
Kehilangan sensasi lidah ,
pipi , tenggorokan, disfagia
-
Riwayat DM, Peningkatan
lemak dalam darah
Data obyektif:
-
Problem dalam mengunyah
(menurunnya reflek palatum dan faring)
-
Obesitas (factor resiko)
6)
Sensori neural
Data Subyektif:
-
Pusing / syncope (
sebelum CVA / sementara selama TIA )
-
nyeri kepala : pada
perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
-
Kelemahan, kesemutan/kebas,
sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati
-
Penglihatan berkurang
-
Sentuhan : kehilangan
sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi
yang sama )
-
Gangguan rasa pengecapan dan
penciuman
Data obyektif:
-
Status mental ; koma
biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti: letergi,
apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
-
Ekstremitas : kelemahan /
paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak
imbang, berkurangnya reflek tendon dalam ( kontralateral )
-
Wajah: paralisis / parese (
ipsilateral )
-
Afasia ( kerusakan
atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata,
reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari
keduanya.
-
Kehilangan kemampuan
mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
-
Apraksia : kehilangan
kemampuan menggunakan motorik
-
Reaksi dan ukuran pupil :
tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
7)
Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif :
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif :
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot/fasial
8)
Respirasi
Data Subyektif: Perokok ( factor resiko )
9)
Keamanan
Data obyektif:
-
Motorik/sensorik : masalah
dengan penglihatan
-
Perubahan persepsi terhadap
tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh
yang sakit
-
Tidak mampu mengenali
objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
-
Gangguan berespon terhadap
panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
-
Gangguan dalam memutuskan,
perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri
10) Interaksi
social
Data obyektif : Problem berbicara, ketidakmampuan
berkomunikasi.
B. Diagnosa Keperawatan dan
Intervensi
1.
Gangguan perfusi jaringan
otak berhubungan dengan aliran darah sekunder akibat hipertensi
Tujuan :
Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik,
fungsi kognitif dan motorik/sensori.
Mendemontrasikan tanda-tanda vital stabil
KH : - TTV normal
Intervensi :
a.
Pantau TTV
b.
Pertahankan posisi tirah
baring pada posisi kepala tempat tidur 15-30°
c.
Pertahankan lingkungan yang
nyaman
d.
Kolaborasi dengan tim medis
lain
2.
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh akibat penurunan asupan oral
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi :
KH : - Makan 1 porsi habis
Intervensi :
a.
Kaji faktor penyeba yang
mempengaruhi kemampuan makan
b.
Hitung kebutuhan nutrisi
perhari
c.
Catat intake makanan
d.
Beri latihan menelan
e.
Beri makan via NGT
f.
Kolaborasi dengan ahli gizi
3.
Defisit perawatan diri berhubungan
dengan kelemahan otot sekunder akibat SNH
Tujuan : kebutuhan personal hygiene terpenuhi
KH : Badan merasa segar
Intervensi :
a.
Pantau tingkat kemampuan
klien dalam merawat diri
b.
Berikan bantuan terhadap
kebutuhan yang benar-benar diperlukan saja
c.
Libatkan keluarga dalam
membantu klien
d.
Motivasi klien untuk
melakukan personal hygiene sesuai kemampuan
e.
Pasang DC jika perlu,
konsultasi dengan ahli fisioterapi
4.
Gangguan mobilisasi fisik
berhubungan dengan kelemahan otot-otot sekunder
Tujuan : pasien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri dan pasien
mengatakanbadannya tidak lemah lagi
KH : Pasien dapat melakukan aktivitas mandiri
Intervensi :
a.
Kaji
kemampuan secara fungsionalnya/luasnya kerusakan awal dan dengan cara teratur.
b.
Ubah posisi
minimal setiap 2 jam (telentang, miring) dan sebagainya dan jika memungkinkan
bisa lebih sering jika diletakan dalam posisi bagian yang terganggu.
c.
Tinggikan
tangan dan kepala.
d.
Observasi
daerah yang tertekan termasuk warna, edema, atau tanda lain dari gangguan
sirkulasi.
e.
Inspeksi
kulit terutama pada daerah-daerah yang menonjol secara teratur. Lakukan massage
secara hati-hati pada daerah kemerahan dan beriakan alat bantu seperti bantalan
lunak kulit sesuai dengan kebutuhan.
f.
Anjurkan
pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan mengguanakan ekstremitas
yang tidak sakit untuk menyokong/menggerakan daerah tubuh yang mengalami
kelemahan.
g.
Konsultasikan
dengan ahli fisiotrapi secara aktif, latihan resestif, dan ambulasi pasien.
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
PENGKAJIAN
A. Identitas
Pasien
Initial Pasien : Ny. R
Pekerjaan :
Guru
Umur :
50
tahun
Agama :
Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : Sarjana Pendidikan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Status
Perkawinan : Kawin
Tanggal Pengkajian : 2April
2014/10.00
Alamat : Pretek RT 5/1 Pecalungan
Cara Masuk : Pasien masuk melalui IGD RSUD
Batang
Ruang : ICU RSUD Batang
Bagian : Bed 4
No.
RM : 300330
B. Pengkajian Primer
a. Airways
Tidak ada sumbatan pada
jalan napas yang berupa sekret / darah.
b. Breathing
Nafas
spontan, RR: 28 x/menit, irama nafas reguler, suara nafas vaskuler.
c. Circulation
Tekanan
darah: 186/106 mmHg, HR: 120, suhu: 37,3o C, SPO2: 100%,
urine keluar 400ml/7jam.
d. Disability
Tingkat
kesadaran : apatis (E4 M5 V3 = 12)
e. Eksposure
Keadaan tubuh baik, tidak terdapat jejas atau luka pada tubuh
pasien.
C. Pengkajian Sekunder
1. Keluhan Utama
Menurut
keluarga,
pasien tidak mau makan, tidak bisa bicara.
2. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pasien
masuk ruang ICU rujukan dari IGD pada tanggal 2 April 2014 jam 14:30 WIB dengan
keluhan badan tiba-tiba lemas, tidak bisa bicara, tidak mau
makan, tangan kanan tidak bisa digerakkan dan mengalami penurunan kesadaran nilai GCS: E4V3M5. diketahui TD: 186/106 mmHg, nadi: 120
x/menit, suhu: 37,3o C, RR: 28 x/menit.
3. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pasien
sebelumnya belum pernah dirawat di RSU dan belum pernah sakit seperti ini
sebelumnya. Pasien memiliki riwayat hipertensi sudah sekitar 3
tahun.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam
keluarga pasien terdapat anggota keluarga yang memiliki penyakit menurun
hipertensi dari ibu pasien.





![]() |






:
perempuan :
meninggal





D. Pengkajian
Fisik
a.
Sistem
Pernafasan
Bentuk
dada simetris, pernafasan vesikuler, nafas spontan, irama nafas reguler,
frekuensi nafas 28 x/menit
b.
Sistem
Kardiovaskuler
Tekanan
Darah : 186/106 mmHg
Nadi : 120 x/menit,
c.
Sistem
Persyarafan
Kesadaran
apatis, nilai GCS : E4V3M5
Saraf assesoris
mengalami gangguan pada pergerakan.
d.
Sistem
Penginderaan
Penglihatan : normal
Penciuman : tidak ada polip, bentuk simetris
Pendengaran : normal
e.
Sistem
Perkemihan
Terpasang
kateter, produksi urine 400 ml/7 jam, warna kuning, bau khas.
f.
Sistem
Pencernaan
Bibir
kering, pasien mengalami gangguan menelan, pada perut tidak ada masa, bissing
usus 16 x/menit.
g.
Sistem
Muskulosekeletal
Sistem
gerak melemah dan menurun, tangan kiri dan kedua kaki bisa
digerakkan sedangkan tangan kanan tidak bisa digerakkan,kekuatan otot 4/5.
h.
Sistem
Integumen
Turgor
kulit bagus, lembab.
i.
Sistem
Reproduksi
Pasien seorang
perempuan sudah menikah dan memiliki 3 orang anak.
j.
Sistem
Endokrin
Tidak
mengalami
alergi
terhapap obat – obatan.
E. Pemeriksaan
Penunjang
1. Laboratorium
Tanggal 2 April
2014, 18:54 WIB
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Satuan
|
Nilai Normal
|
Neutrofil
|
H 81.3
|
%
|
50.0-70.0
|
Limfosit
|
L 13.8
|
%
|
25.0-40.0
|
Monosit
|
4.7
|
%
|
2.0-8.0
|
Eusinofil
|
0.0
|
%
|
2.0-4.0
|
Basofil
|
0.2
|
%
|
0-1
|
Limfosit absolut
|
1.49
|
10^3/ul
|
0.90-5.20
|
|
|
||
Leukosit
|
10.79
|
10^3/ul
|
4.8-10.0
|
Eritrosit
|
4.22
|
10^6/ul
|
3.8-4.2
|
Hemoglobin
|
12.4
|
gr/dl
|
12.0-16.0
|
Hematokrit
|
L 34.5
|
%
|
37.0-47.0
|
MCV
|
81.8
|
fL
|
79.0-99.0
|
MCH
|
29.4
|
pg
|
27.0-31.0
|
MCHC
|
35.9
|
gr/dl
|
33.0-37.0
|
Trombosit
|
272
|
10^3/ul
|
150-450
|
|
|
|
|
Glukosa Sewaktu
|
104
|
mg/dl
|
70 – 200
|
Cholestrol total
|
231.0
|
mg/dl
|
<200
|
Trigliserida
|
118.0
|
mg/dl
|
50- 150
|
Cholestrol HDL
|
33
|
mg/dl
|
40 – 60
|
Cholestrol LDL
|
174.0
|
mg/dl
|
<130
|
Ureum
|
25.0
|
mg/dl
|
10 – 50
|
Creatinin
|
1.10
|
mg/dl
|
0.5 – 1.5
|
Asam Urat
|
5.0
|
mg/dl
|
3 – 7
|
Natrium
|
135.0
|
mmol/l
|
135 – 153
|
Kalium
|
4.0
|
mmol/l
|
3.5 – 5.1
|
Calsium
|
8.90
|
mg/dl
|
8.5 – 10.5
|
Chlorida
|
103.0
|
mmol/l
|
98 – 109
|
2.
Pemeriksaan
CT SCAN kepala tanpa kontras tanggal 3 April 2014 :
-
Cyrus
kortikalis dan fisura silvii hemihemesfer kiri menyempit
-
Sisterna
dan sistem ventrikel normal
-
Tampak
lesi hiperdens pada lobus parietal kiri dengan volume 25,91ml
-
Tak
ada midline shifting
-
Pons
dan cerebelum baik
Kesan: ICH pada lobus parietal posterior kiri
F. Therapy
Infus RL 20 tpm
1. Injeksi
Ø Tamoliv infus 4
x 500mg/IV
(bila panas)
Ø Plasminex 4 x 1gr/IV
Ø Brainact 3 x 250mg/IV
Ø Neurotam 12gr/IV (selama 3 hari)
Ø Ranitidine 2 x 50mg/IV
Ø Ceftriaxone 2 x 1gr/IV
2. Oral
Ø Amlodipin 1 x 10mg
Ø Captopril 3 x 25mg
3.
Diit
Ø
Saring
ekstra cincang
II.
ANALISA DATA
No
|
Data
Fokus
|
Problem
|
Etiologi
|
1
|
DS :
·
Menurut
keterangan keluarga, pasien tidak mampu menelan.
DO :
·
Pasien tidak
dapat menelan
·
Pasien tidak mau
makan
·
Pasien sulit
minum
·
Makan dengan
bubur tim habis 3 sendok
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Proses menelan tidak efektif
|
2
|
DS :
·
Menurut
keterangan keluarga pasien tidak dapat berbicara
DO :
·
Pasien tidak
dapat berbicara
·
Pasien tampak
bingung
|
Gangguan komunikasi verbal
|
Kerusakan neuromuskular
|
3
|
DS :
·
Menurut
keterangan keluarga, pasien tidak mampu melakukan aktivitas
·
Menurut
keterangan keluarga tangan kanan pasien tidak dapat digerakkan
DO :
·
Pasien tampak
lemah
·
TD: 186/106 mmHg
Nadi: 120
x/menit
Suhu: 37,3o
C
RR: 28
x/menit
· Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga atau perawat
· Tangan kiri
dan kedua kaki bisa digerakkan
· Kekuatan otot
4/5.
· Terpasang infus RL 20 tpm
· Terpasang Dower Cateter
|
Gangguan
mobilitas fisik
|
Kelemahan anggota gerak
|
III.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
proses menelan tidak efektif
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan
neuromuskular
3. Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan
kelemahan anggota gerak.
IV.
INTERVENSI
No
|
Hari /
tanggal
|
No
DX
|
Rencana
|
Paraf
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Tindakan
|
||||
1
|
Rabu,
2 April 2014
|
1
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
dengan kriteria hasil:
·
Pasien mampu
menelan
·
Makanan masuk
dalam tubuh pasien
·
Makan habis 1
porsi
|
1.
Kaji status nutrisi pasien
2.
Berikan pasien makan sedikit demi sedikit tapi
sering
3.
Latih pasien
untuk menelan dengan air putih
4.
Kolaborasi pemberian terapi obat dengan dokter
5.
Kolaborasi dengan
tim medis untuk pemasangan NGT
6.
Kolaborasi dengan
ahli gizi dalam jenis diit pasien
|
|
2
|
Rabu,
2 April 2014
|
2
|
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan komunikasi verbal pasien kembali normal, dengan kriteria hasil :
·
pasien dapat
berbicara
·
pasien mampu
berkomunikasi
|
1.
Kaji kemampuan pasien dalam berkomunikasi
2.
Dengarkan tiap kata
yang diucapan pasien dengan penuh perhatian
3.
Gunakan kata-kata
sederhana atau alat tulis dalam berkomunikasi dengan pasien
4.
Bantu pasien mengungkapkan
ucapnnya dengan tulisan
5.
Libatkan keluarga
untuk membantu memahami informasi dari pasien
6.
Kolaborasi pemberian obat dengan dokter
7.
Kolaborasi dengan
fisioterapi (komunikasi)
|
|
3
|
Rabu, 2 April 2014
|
3
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien tidak
mengalami gangguan mobilitas fisik dengan kriteria
hasil:
·
Pasien mampu
melakukan aktivitas mandiri
·
Pasien mampu mempertahankan /meningkatkan
kemampuan otot
|
1.
Kaji kemampuan secara fungsional
2.
Monitor tanda vital
3.
Ubah posisi minimal tiap 2 jam
4.
Ajarkan pasien
untuk latihan rentang gerak aktif pada ekstermitas yang sehat
5.
Beri topang
ekstermitas pasien dengan bantal untuk mencegah pembengkakan
6.
Bantu melatih pasien untuk melakukan latihan sendi yang disarankan
7.
Libatkan keluarga
untuk membantu pasien latihan gerak
8.
Kolaborasi pemberian obat dengan dokter
|
|
V.
IMPLEMENTASI
Hari/
Tanggal
|
No
DX
|
Jam
|
Tindakan
|
Respon
Pasien
|
Paraf
|
Rabu, 2 April 2014
|
2
2
2
3
3
1
1
2
2
3
1,2,3
3
3
|
16.00
16.05
16.10
16.15
16.45
17.00
17.15
17.25
17.30
18.15
18.00
19.00
20.00
|
-
Mendengarkan tiap
kata yang diucapan pasien dengan penuh perhatian
-
Menggunakan
kata-kata sederhana atau alat tulis dalam berkomunikasi dengan pasien
-
Membantu pasien
mengungkapkan ucapnnya dengan tulisan
-
Mengajarkan
pasien untuk latihan rentang gerak aktif pada ekstremitas yang sehat
-
Memberi topang
ekstremitas dengan bantal untuk mencegah pembengkakan
-
Menganjurkan
pasien untuk makan sedikit demi sedikit
-
Melatih pasien
untuk belajar menelan dengan air putih
-
Melibatkan
keluarga pasien untuk membantu memahami informasi dari / ke pasien
-
Mengkonsultasikan
kepada ahli fisioterapi
-
Membantu pasien
untuk melakukan sendi yang disarankan
-
Pemberian terapi obat injeksi : plasminex 1gr
Neurotam
12gr
Ranitidine
50mg
-
Melibatkan
keluarga untuk membantu latihan gerak
-
Pemberian terapi obat injeksi : brainact 250mg
|
-
Pasien hanya diam
-
Pasien tidak
berespon
-
Pasien menulis
tidak jelas
-
Pasien dapat
menekuk kedua kaki
-
Tangan kiri
diberi bantalan
-
Pasien menolak
makan
-
Pasien tidak
dapat menelan
-
Keluarga pasien
mau membantu
-
Keluarga
berkonsultasi
-
Pasien bersikap
pasif
-
Injeksi masuk tidak ada alergi
-
Keluarga pasien
mau membantu
-
Injeksi masuk tidak ada alergi
|
|
Kamis, 3 April 2014
|
2
2
2
3
3
3
1
1
1,2,3
1
|
07.30
07.50
08.15
08.35
09.25
10.15
11.30
11.35
12.00
12.30
|
-
Mendengarkan tiap
kata yang diucapan pasien dengan penuh perhatian
-
Menggunakan
kata-kata sederhana atau alat tulis dalam berkomunikasi dengan pasien
-
Membantu pasien
mengungkapkan ucapnnya dengan tulisan
-
Membantu pasien
untuk melakukan sendi yang disarankan
-
Mengajarkan
pasien untuk latihan rentang gerak aktif pada ekstremitas yang sehat
-
Melibatkan keluarga
untuk membantu latihan gerak
-
Menganjurkan
pasien untuk makan sedikit demi sedikit
-
Melatih pasien
untuk belajar menelan dengan air putih
-
Pemberian terapi obat injeksi : plasminex 1gr
Brainact
250mg
Ceftriaxone
1gr
-
Memasang NGT
|
-
Pasien hanya diam
-
Pasien tidak
berespon
-
Pasien menulis
tidak jelas
-
Pasien bersikap
pasif
-
Pasien dapat
menggerakan tangan kirinya dan kedua kakinya
-
Keluarga pasien
mau membantu
-
Pasien menolak
makan
-
Pasien tidak
mampu menelan
-
Injeksi masuk tidak ada alergi
-
Pasien menolak
pemasangan NGT
|
|
Jumat, 4 April 2014
|
1
1
1
2
2
2
1,2,3
3
3
|
07.30
07.40
07.55
09.30
09.50
11.05
12.00
12.30
12.45
|
-
Mendengarkan tiap
kata yang diucapan pasien dengan penuh perhatian
-
Menggunakan
kata-kata sederhana atau alat tulis dalam berkomunikasi dengan pasien
-
Membantu pasien
mengungkapkan ucapnnya dengan tulisan
-
Memotivasi pasien
untuk melakukan sendi yang disarankan
-
Mengajarkan
pasien untuk latihan rentang gerak aktif pada ekstremitas yang sehat
-
Melibatkan keluarga
untuk membantu
-
Pemberian terapi obat injeksi : plasminex 1gr
Brainact
250mg
Ceftriaxone
1gr
-
Menganjurkan
pasien untuk makan sedikit demi sedikit
-
Melatih pasien
untuk belajar menelan dengan air putih
|
-
Pasien hanya diam
-
Pasien tidak
berespon
-
Pasien menuliskan
apa yg ingin diucapkan
-
Pasien bersikap
pasif
-
Pasien dapat
menggerakan tangan kirinya dan kedua kakinya
-
Keluarga pasien
mau membantu
-
Pasien mau
makanan cair sebanyak 3-4 sendok makan
-
Pasien sudah
mampu sedikit menelan
|
|
VI.
EVALUASI
No
|
Hari/tanggal
|
No
DX
|
Jam
|
Catatan Perkembangan
|
Paraf
|
1
|
Rabu, 2 April 2014
|
1
2
3
|
21.00
14.00
14.00
|
S :
Menurut keterangan keluarga, pasien tidak dapat menelan
O : -
Pasien tidak dapat menelan
-
Pasien tidak mau
makan
-
Pasien sulit
minum
-
Makan dengan
bubur tim habis 3 sendok
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi
-
Anjurkan pasien
makan sedikit demi sedikit
-
Latih pasien
untuk menelan dengan air putih
-
Kolaborasi dengan
tim medis untuk pemasangan NGT
-
Kolaborasi dengan
ahli gizi dalam jenis diit pasien
S : Menurut
keterangan keluarga, pasien tidak dapat berbicara
O : Pasien tidak dapat
berbicara
Pasien tampak bingung
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi
-
Dengarkan tiap kata
yang diucapan pasien dengan penuh perhatian
-
Gunakan kata-kata
sederhana atau alat tulis dalam berkomunikasi dengan pasien
-
Bantu pasien
mengungkapkan ucapnnya dengan tulisan
-
Libatkan keluarga
untuk membantu memahami informasi dar / ke pasien
-
Kolaborasi dengan
fisioterapi (komunikasi)
S : - Menurut keterangan keluarga, pasien tidak mampu
melakukan aktivitas
-
Menurut
keterangan keluarga tangan kanan pasien tidak dapat digerakkan
O : - Pasien bedres
-
Pasien tampak
lemah
-
Aktivitas pasien
dibantu oleh keluarga atau perawat
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi
-
Ajarkan pasien
untuk latihan rentang gerak aktif pada ekstermitas yang sehat
-
Beri topang
ekstermitas dengan bantal untuk mencegah pembengkakan
-
Bantu pasien
untuk melakukan latihan sendi yang disarankan
-
Libatkan keluarga
untuk membantu pasien latihan gerak
|
|
2
|
Kamis, 3 April 2014
|
1
2
3
|
21.00
14.00
14.00
|
S :
Menurut keterangan keluarga, pasien tidak dapat menelan
O : -
Pasien mampu menelan sedikit
-
Pasien tidak mau
makan
-
Pasien sulit
minum
-
Berat badan 57 kg
-
Makan dengan
bubur tim habis 3 sendok
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi
-
Anjurkan pasien
makan sedikit demi sedikit
-
Latih pasien
untuk menelan dengan air putih
-
Kolaborasi dengan
tim medis untuk pemasangan NGT
-
Kolaborasi dengan
ahli gizi dalam jenis diit pasien
S : Menurut
keterangan keluarga, pasien tidak dapat berbicara
O : Pasien tidak dapat
berbicara
Pasien tampak bingung
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi
-
Dengarkan tiap kata
yang diucapan pasien dengan penuh perhatian
-
Gunakan kata-kata
sederhana atau alat tulis dalam berkomunikasi dengan pasien
-
Bantu pasien
mengungkapkan ucapnnya dengan tulisan
-
Libatkan keluarga
untuk membantu memahami informasi dar / ke pasien
-
Kolaborasi dengan
fisioterapi (komunikasi)
S : - Menurut keterangan keluarga, pasien tidak mampu
melakukan aktivitas
-
Menurut
keterangan keluarga tangan kanan pasien tidak dapat digerakkan
O : - Pasien bedres
-
Pasien tampak
lemah
-
Aktivitas pasien
dibantu oleh keluarga atau perawat
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi
-
Ajarkan pasien
untuk latihan rentang gerak aktif pada ekstermitas yang sehat
-
Beri topang
ekstermitas dengan bantal untuk mencegah pembengkakan
-
Bantu pasien
untuk melakukan latihan sendi yang disarankan
-
Libatkan keluarga
untuk membantu pasien latihan gerak
|
|
3
|
Jumat, 4 April 2014
|
1
2
3
|
21.00
14.00
14.00
|
S :
Menurut keterangan keluarga, pasien mampu menelan sedikit
O : - Pasien
dapat menelan sedikit
-
Pasien mau makan
-
Pasien sulit
minum
-
Berat badan 57 kg
-
Makan dengan
bubur tim habis 3 sendok
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi
-
Anjurkan pasien
makan sedikit demi sedikit
-
Latih pasien
untuk menelan dengan air putih
-
Kolaborasi dengan
tim medis untuk pemasangan NGT
-
Kolaborasi dengan
ahli gizi dalam jenis diit pasien
S : Menurut keterangan
keluarga, pasien dapat berbicara sedikit
O : Pasien dapat berbicara
sedikit
Pasien tampak mengerti
pembicaraan
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi
-
Dengarkan tiap kata
yang diucapan pasien dengan penuh perhatian
-
Gunakan kata-kata
sederhana atau alat tulis dalam berkomunikasi dengan pasien
-
Bantu pasien
mengungkapkan ucapnnya dengan tulisan
-
Libatkan keluarga
untuk membantu memahami informasi dar / ke pasien
-
Kolaborasi dengan
fisioterapi (komunikasi)
S : - Menurut keterangan keluarga, pasien tidak mampu
melakukan aktivitas
-
Menurut
keterangan keluarga tangan kanan pasien tidak dapat digerakkan
O : - Pasien bedres
-
Pasien tampak
lemah
-
Aktivitas pasien
dibantu oleh keluarga atau perawat
A :
Masalah belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi
-
Ajarkan pasien
untuk latihan rentang gerak aktif pada ekstermitas yang sehat
-
Beri topang ekstermitas
dengan bantal untuk mencegah pembengkakan
-
Bantu pasien
untuk melakukan latihan sendi yang disarankan
-
Libatkan keluarga
untuk membantu pasien latihan gerak
|
|